Jumat, 25 Maret 2011

asuhan keperawatan dengan pasien katarak (makalah)


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG     
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun.

            Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang a
kan mengganggu pembiasan cahaya.

            Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.

            Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat ghidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Yang akan kami bahas disini adalah katarak yang dialami Tn. D berumur 65 tahun.
B. TUJUAN
            Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian sampai intervensi yang harus dilakukan pada klien dengan katarak.



BAB II
TINJAUAN TEORI
DEFINISI

Menurut Arief mansur dkk (Kapita Selekta jilid 1) Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Menurut Charlene J. Reaver dkk (KMB buku 1 hal 6) Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental atau dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling umum adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui. Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada mata adalah penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata, namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa katarak mencakup menurunnya ketajaman penglihatan, hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa ketika dilakukan pemeriksaan.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
a.       Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
b.      Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
c.       Katarak komplikata.
d.      Katarak traumatik.

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a.       katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
b.      katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
c.       katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40  tahun
d.      katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
  • Faktor keturunan.
  • Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)
  • Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
  • Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
  • gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
  • gangguan pertumbuhan,
  • Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
  • Rokok dan Alkohol
  • Operasi mata sebelumnya.
  • Trauma (kecelakaan) pada mata.
  • Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
PATOFISIOLOGI

            Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat nucleus,diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.Dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya transparansi.Perubahan pada serabut halus múltiple (zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah diluir lensa,misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influís air ke dalam lensa.Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang tenderita katarak.
            Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas, seperti diabetes, Namur sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenitaldan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering berperan dalam terjadinya katrak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu lama
            Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting.Katarak merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang padat lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna (Diambil dari buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata,Ns.Indriana N. Istiqomah,S.Kep
TANDA DAN GEJALA /MANIFESTASI KLINIK
           
Katarak didiagnosa terutama dengan gejala subyektif. Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan obyektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyhilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang mengatur ulang perabot rumahnya. Sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka (Diambil dari buku Keperawatan Medikal Bedah jilid 3 hal.1996-1997).
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
  • Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
  • Peka terhadap sinar atau cahaya.
  • Dapat melihat dobel pada satu mata.
  • Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
  • Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Pada katarak senil(usia lebih dari 40 tahun) dikenal 4 stadium:

INSIPIEN
IMATUR
MATUR
HIPERMATUR
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans(hanya bila zonula putus0
Bilik mata depan
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sudut bilik mata
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow test
Negatif
Positif
Negatif
Pseudopositif
Penyulit
-
Glaukoma
-
Uveitis, glaukoma






KOMPLIKASI
Penyulit yang sensori
-yang terjadi berupa: visus tidak akan mencapai 5/5 a ambliopia
-komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembesaran laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo, 1992)
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi kuat sampai titik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. pentingnya di kaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktifitas rekreasi, menyetir mobil, dan kemampuan bekerja, sangat penting untuk menentukkan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65. masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia lokal berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.
Pengembalian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya. Dukungan finansial dan psikososial dan konsekuensi pembedahan harus dievaluasi, karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi lokal (retrobulbar atau peribulbar), yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustreofobia sehubungan dengan graping bedah. Anestesi umum diperlukan bagi yang tidak bisa menerima anestesi lokal, yang tidak mampu bekerjasama dengan alasan fisik atau psikologis, atau yang tidak berespon terhadap anestesi lokal.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak: ekstrasi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabakan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopatidiabetika.  

INTERVENSI          
           


DIAGNOSA
TUJUAN & KH
INTERVENSI
KODE NIC
1.
Gangguan sensori (visual) b.d kekeruhan pada lensa mata
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan  :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Comunication enhancement visual deficit:
ü  Identifikasi/perkenalkan diri perawat ketika masuk ke ruang pasien
ü  Catat reaksi pasien terhadap pengurangan penglihatan missal:depresi, menarik diri, marah.
ü  Jalan satu atau dua langkah didepan pasien dengan tangan pasien di siku perawat.
ü  Gambarkan lingkungan ke pasien.
ü  Jangan pindahkan barang di ruang pasien tanpa izin pasien.
ü  Informasikan kepada pasien dimana lokasi suara
ü  Kolaborasi: pembedahan

4978
2.
Cemas b.d stress
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan:
Cemas klien berkurang

Calming technique:
ü  Duduk dan berbicar dengan pasien.
ü  Jelaskan rutinitas perioperatif : tingkat aktifitas, pembatasan diet, obat-obatan.
ü  Beri latihan tarik nafas yang dalam
ü  Kurangi sesuatu yang membuat  cemas
ü  Pakai metode distraksi.
ü  Tawarkan pada pasien minuman hangat.
ü  Tawarkan pada pasien mandi air hangat bila ada..
ü  Beri pengobatan anticemas bila diperlukan.
ü  Instruksikan pada pasien metode menurunkan cemas bila tersedia.
ü  Control/monitor  cemas klien
5880
3.
Resiko cidera  berhubungan dengan disfungsi sensorik

Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Menunjukan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cidera.
Environment management safety:
ü  Identifikasikan kebutuhan keamanan pasien
ü  Identifikasi resiko keamanan lingkungan misal lingkungan yang licin
ü  Pindahkan bahaya dari lingkungan bila mungkin modifikasi lingkungan supaya tidak berbahaya bagi klien.
ü  Lengkapi pasien dengan nomor gawat darurat.
ü  Monitor lingkungan untuk mengganti status keamanan.
ü  Bantu pasien ke tempat yang lebih aman.
ü  Edukasikan dari lingkungan yang berbahaya.
ü  Kolaborasi dengan agensi lain untuk lingkungan yang aman.
6486

4.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Nyeri berkurang
Pain manajement
ü  Tunjukan pengkajian  PQRST(0-10)
ü  Observasi penyebab ketidaknyamanan nonverbal lebih spesific, ketidakmampuan berkomunikasi.
ü  Pastikan pasien menerima obat analgesik.
ü  Pakai strategi terapetik untuk mengajarkan pengalaman nyeri dan menerima kebiasaan dari pasien.
ü  Pertimbangankan pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
ü  Tentukan efek dari pengalaman nyeri dalam aktifitas hidup.
ü  Evaluasi pengalaman yang lalu tentang nyeri kepada individu, keluarga tentang sejarah dari nyeri kronik atau hasil dari ketidakmampuan jika penting.
ü  Evaluasi pasien dan tim kesehatan keefektifan dari tindakan kontrol nyeri.
ü  Beri informasi tentang nyeri contoh penyebab nyeri, berapa lama nyeri berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan, kontrol faktor lingkungan.
ü  Ajarkan terapik nonfarmakologi contoh relaksasi, musik terapi, distraksi, pemijatan.
ü  Kolaborasi dengan pasien, keluarga untuk menerapkan teknik farmakologi jika perlu.
ü  Implementasikan analgesik jika perlu.


1400

5
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure tindakan invasiv insisi jaringan tubuh (miles prosedur)

Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar.

Infection control: intraoperative
ü  Cuci tangan sebelum dan     sesudah melakukan tindakan secara tepat.
ü  Monitor dan pantau suhu 20 dan 24oC
ü  Jaga sterilisasi alat
ü  Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari kontaminasi dan Jaga area kesterilan luka operasi
ü  Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka
ü   5.Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis

6545
.6
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit yang diderita
Setelah dilakukan tindakan 3x24 diharapkan: pasien mengetahui dan memahami tentang penyakit yang diderita.
Teaching : disease process
ü  Kaji level umum pasien tentang pengetahuan proses penyakit.
ü  Jelaskan patofisiologi penyakit dan menghubungkannya dengan anatomi fisiologi.
ü  Deskripsikan tanda dan gejala yang umum tentang penyakit jika perlu.
ü  Identifikasi
ü  Etiologi
ü  Lengkapi informasi tentang  kondisi pasien.
ü  Diskusikan pilihan terapi atau treatment.
ü  Gambaran menejemen terapi yang direkomendasikan oleh dokter

5602


Pemberian pengetahuan / pendidikan pasien : perawatan diri setelah pembedahan katarak
Catat: Tinjau dengan pasien atau orang terdekat atau pemberi asuhan. Berikan petunjuk tertulis dengan huruf berukuran besar memakai pena berujung runcing agar kontras.
Pembatasan aktivitas
Diperbolehkan
ü  Menonton tv, membaca bila perlu tapi jangan terlalu lama
ü  Mengerjakan aktivitaas tapi dikurangi
ü  Pada awal, ‘’mandi waslap’’ selanjutnya menggunakan bak mandi atau pancuran(dengan pembantu)
ü  Tidak boleh membungkuk pada pada wastafel atau bak mandi; condongkan kepala sedikit kebelakang saat mencuci rambut
ü  Tidur dengan perisai pelindung mata logam berlubang pada malam hari; mengenakan kaca mata pada siang hari
ü  Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring, tidak boleh telungkup
ü  Aktivitas dengan duduk
ü  Mengenakan kaca mata hitam untuk kenyamanan
ü  Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
Dihindari (paling tidak untuk satu minggu)
ü  Tidur pada sisi yang sakit
ü  Menggosok mata; menekan kelopak untuk menutup
ü  Mengejan saat defekasi
ü  Memakai sabun mendekati mata
ü  Mengangkat beban yang lebih dari 7 kg
ü  Hubungan seks sampai (tanggal)------
ü  Mengendarai kendaraan kalo bisa
ü  Batuk, bersin, muntah
ü  Menundukan kepala sampai bawah pinggang; melipat lutut saja dan punggung
ü  tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai
Obat dan perawatan mata
ü  pergunakan obat sesuai aturan
ü  cuci tangan sebelum dan setelah memakai obat
ü  membersihkan sekitar mata dngan bola kapas steril atau kasa yang dibasahi dengan air steril atau larutan salin normal; sapu kelopak mata dengan lembut dari sudut dalam keluar
ü  untuk meneteskan obat mata, duduklah dan kepala condong kebelakang; dengan lembut tarik kebawah batas kelopak mata bawah
ü  mengenakan perisai pelindung mata logam berlubang-lubang pada malam hari; mengenakan kaca mata selama siang hari
ü  menggunakan semua obat mata tepat sesuai dengan resep sehingga dosis dapat dinilai dan disesuaikan oleh dokter pada kunjungan control pertama  
ü  melaporkan tanda dan gejala yang tak biasa
ü  Nyeri pada dan disekitar mata, nyeri kepala menetap  
ü  Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat pengurang nyeri
ü  Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairan; inflamasi dan cairan dari mata  
ü  Nyeri dahi dengan onset mendadak
ü  Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan, kilatan cahaya, percikan atau bintik didepan mata, halo disekitar sumber cahaya


 BAB   III
PEMBAHASAN
KATARAK
TN. D (65 tahun) dirawat diruang mata karena katarak, besok diprogramkan menjalani EKEK OS/OD. Tn D mengatakan, bahwa dua bulan ini pandanganya semakin kabur, sehingga menyebabakan dirinya sering tersandung atau terjatuh, makanya Tn. D bersedia dioperasi. Pada saat pemeriksaan diketahui.
CT/BT
TTV: TD: 160/90 mmHg, N: 76x/menit, S: 37,5oC, RR: 18X/meni
Pengkajian diambila tanggal   : -         Jam : ..WIB
Tanggal MRS                          : -
Ruangan / Klas                        : -
DMK                                       : -
Dx Medik                                : Katarak  OS/OD
Pengkajian Pre Operasi
I           Identitas:
            Nama               : Tn. D
Umur               : 65 Th
Jenis Kelamin  : Laki-laki
Agama             : -
Suku / Bangsa : -
Pendidikan      : -
Pekerjaan         :-
Alamat             :-
Ditanggung Oleh:-

II         Riwayat sebelum sakit
1.      Penyakit yang pernah diderita : Kaji riwayat penyakit pada pasien
2.      Obat yang dikonsumsi : Kaji riwayat obat yang pernah dikonsumsi pasien
3.      Kebiasaan berobat :. Tanyakan pada pasien dimana biasanya berobat
4.      Alergi obat : Kaji riwayat alergi pada pasien
III        Riwayat Penyakit Sekarang
Dua bulan ini Pasien mengatakan pandanganya semakin kabur, sehingga menyebabakan dirinya sering tersandung atau terjatuh.
V         Pengkajian persistem
Pengindraan
Mata : Kaji bentuk pupil, kaji kesimetrisan pupil ketika mata diberi sinar. kaji warna konjungtiva, kaji warna sclera, kaji adanya edem dimata, uji ketajaman mata dll.
Pernapasan :
1.      Bentuk dada : Kaji bentuk dada
2.      Kaji riwayat penyakit yang diderita berhubungan dengan system pernapasan.
3.      Pola nafas : frekuensu nafas :18x/menit
4.      Bunyi nafas : Kaji bumyi napas pasien, apakah ada bunyi tambahan
5.      Kaji adanya Alat bantu pernapasan.

Cardiovaskuler / Jantung
1.      Tekanan darah : 160 / 90 mmHg dalam posisi berbaring.
2.      Nadi :  76x/menit reguler dan kuat.
3.      Bunyi jantung :Kaji bunyi jantung S1 dan S2  kaji adanya bunyi tambahan.
4.      Kaji adanya nyeri dada atau tidak ada.
5.      Letak jantung : Kaji letak jantung
6.      Kaji adanya Clubing finger dan anemia..

Persarafan :
1.      Tingkat kesadaran: Compos mentis.
2.      GCS : Kaji GCS pasien

Perkemihan :
Kaji pola eliminasi perhari.

VI        Psikososial :
1.      Sosial interaksi : Kaji kemampuan berinteraksi, mengatakan siap dioperasi..
2.      Kaji keadaan Spiritual klien.
VII      Pola Fungsional Gordon
a.       Pola persepsi kesehatan dan managemen kesehatan
DS: T anyakan/ kaji tentang arti kesehatan bagi klien
DO: Pasien dirawat dirumah sakit dikarenakan sakit yang dideritanya.
b.      Pola Nutrisi
DS: Tanyakan/Kaji tentang pola makan Pasien
DO: Kaji tentang jumlah makan pasien
c.       Pola eliminasi
DS: Tanyakan/Kaji tentang pola eliminasi Pasien
DO: Kaji apakah klien terpasang alat bantu atau tidak untuk eliminasi.
d.      Pola aktivitas dan latihan
DS:  Tanyakan / kaji aktivitass yang dilakukan Pasien
DO: Pantau pola aktivitas Pasien
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Makan/minum





Mandi





Toileting





Berpakaian





Mobilitas di tempat tidur





Berpindah





Ambulasi/ROM






e.       Pola tidur dan istirahat
DS:  Tanyakan/ kaji tentang lamanya klien tidur
DO: Tulis data obyektif mengenai pola tidur pasien
f.       Pola perceptual
Kaji pola persepsi pasien mengenai penyakit yang dialami
g.      Pola persepsi Diri
DS: Kaji tentang pola persepsi klien, perasaan yang klien alami
DO: Tulis mengenai persepsi pasien terhadap penyakit yang dialami
h.      Pola Seksual Reproduksi
Pasien Tn. D  berumur 65 tahun menderita katarak OS/OD.
Kaji pada klien mengenai fungsi seksual sebelum dan setelah sakit.
i.        Pola Peran Hubungan
DS: Tanyakan /kaji pada klien mengenai hubungan dengan keluarganya.
DO: Tulis data obyektif mengenai klien dan keluarganya.
j.        Pola Management Koping sress:
Kji pada klien mengenai bagaimna klien menangani masalah yang ada, apakah menceritakan pada keluarga atau di pendam sebelum dan setelah sakit.
k.      System Nilai dan Keyakinan
Bagaimana klien dengan tuhan, bagaimana keyakinan klien terhadap kesembuhan penyakitnya.

ANALISA DATA

No
Data
Masalah
Etiologi
1.

DS: Pasien mengatakan pandanganya kabur.
DO:  -

Gangguan sensori  (visual)
Kekeruhan pada lensa mata
2.
 DS: Pasien mengatakan takut berhubungan dengan penyakit yang diderita dan tindakan operasi yang akan dilakukan
DO: TD: 160/110
Cemas
Perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan status ekonomi
3.
DS: Pasien mengatakan sering terjatuh bila
beraktivitas
DO:  pasien berhati-hati bila menjalankan aktivitas/ pasien bed rest
Resiko cedera
Disfungsi sensorik


Diagnosa Keperawatan :
1.      Gangguan sensori  (visual) berhubungan dengan Kekeruhan pada lensa mata
2.      Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan status ekonomi
3.      Resiko cidera  berhubungan dengan disfungsi sensorik

INTERVENSI

NO.
DIAGNOSA
TUJUAN & KH
INTERVENSI
KODE NIC
1.
Gangguan sensori (visual) b.d kekeruhan pada lensa mata
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan  :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Comunication enhancement visual deficit:
ü  Identifikasi/perkenalkan diri perawat ketika masuk ke ruang pasien
ü  Catat reaksi pasien terhadap pengurangan penglihatan missal:depresi, menarik diri, marah.
ü  Jalan satu atau dua langkah didepan pasien dengan tangan pasien di siku perawat.
ü  Gambarkan lingkungan ke pasien.
ü  Jangan pindahkan barang di ruang pasien tanpa izin pasien.
ü  Informasikan kepada pasien dimana lokasi suara
ü  Kolaborasi: pembedahan

4978
2.
Cemas b.d stress
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan:
Cemas klien berkurang

Calming technique:
ü  Duduk dan berbicara dengan pasien.
ü  Jelaskan rutinitas perioperatif : tingkat aktifitas, pembatasan diet, obat-obatan.
ü  Beri latihan tarik nafas yang dalam
ü  Kurangi sesuatu yang membuat  cemas
ü  Pakai metode distraksi.
ü  Tawarkan pada pasien minuman hangat.
ü  Tawarkan pada pasien mandi air hangat bila ada..
ü  Beri pengobatan anticemas bila diperlukan.
ü  Instruksikan pada pasien metode menurunkan cemas bila tersedia.
ü  Control/monitor  cemas klien


5880
3.
Resiko cidera  berhubungan dengan disfungsi sensorik

Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Menunjukan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cidera.
Environment management safety:
ü  Identifikasikan kebutuhan keamanan pasien
ü  Identifikasi resiko keamanan lingkungan misal lingkungan yang licin
ü  Pindahkan bahaya dari lingkungan bila mungkin modifikasi lingkungan supaya tidak berbahaya bagi klien.
ü  Lengkapi pasien dengan nomor gawat darurat.
ü  Monitor lingkungan untuk mengganti status keamanan.
ü  Bantu pasien ke tempat yang lebih aman.
ü  Edukasikan dari lingkungan yang berbahaya.
ü  Kolaborasi dengan agensi lain untuk lingkungan yang aman.
6486

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
            Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental atau dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling umum adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui. Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada mata adalah penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata, namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa katarak mencakup menurunnya ketajaman penglihatan, hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa ketika dilakukan pemeriksaan.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
e.       Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
f.       Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
g.      Katarak komplikata.
h.      Katarak traumatik.
Pengobatan
      Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan
uveitis.

B. KESIMPULAN
      Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa pada khususnya dan pembaca pada umumnya mengetahui tentang penyakit katarak.Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah, Indriana N. 2004. Asuhan Keparawatan Klien Gangguan Mata.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Reeves, Charlene J. 2001. Keparawatan Medical Bedah Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Salemba
Sunart dan sudarth. Keparawatan Medical Bedah edisi Ketiga.