Sabtu, 30 April 2011

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat

Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan
di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata,2004)

Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira – kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan.
(Walsh, 2007)

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi hiperemesis gravidarum.
2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum.
3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum.
4. Untuk mengetahui gejala dan tanda hiperemesis gravidarum.
5. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum.
6. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum

C. MANFAAT
Diharapkan kepada pembaca terutama mahasiswa pada umumnya dan mahasiswi pada khususnya untuk mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehinggamengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. ( Mitayani,2009 ).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari–hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999)

Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)

Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. (lowdermilk, 2004).

Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. (Achadiat, 2004).


B. ETIOLOGI
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini :
• Faktor predisposisi seperti primigravida, molahiditidosa, dan kehamilan ganda.
• Faktor organic seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic akibat kehamilan,dan resistensi ibu yang menurun.
• Faktor psikologi seperti rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, kehilangan pekerjaan.

C. PATOFISIOLOGI
Secara fisiologis, rasa mual akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah sehingga mempengaruhi system pencernaan, tetapi mual dan muntah yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, serta penurunan klorida urine yang selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalamia akibat muntah dan ekskresiyang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek ( Sindrom Mallory-Weiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.

D. MANIFESTASI KLINIS
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi :

1. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum akan menimbulkan rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan menurun dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya naik menjadi 100 kali/menit, tekanan sistolik menurun, dan dehidrasi.

2. Tingkatan II
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh terkadang naik, mata sedikit ikterik, berat badan turun, hipotensi, homokonsentrasi, oligouria, konstipasi dan nafas bau aseton.

3. Tingkatan III
Kesadaran ibu menurun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat, serta tekanan darah semakin turun.

E. PENATALAKSANAAN
Bila pencegahan tidak berhasil maka diperlukan pengobatan dengan tahapan sebagai berikut :
 Ibu diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik. Kalori diberikan secara parental dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari
 diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan
 bila selam 24 jam ibu tidak muntah,coba berikan makan dan minum sedikit demi sedikit
 sedative yang diberikan adalah fenobarbital
 pada keadaan berat berikan antiemetic seperti metoklopramid
 berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya bisa disembuhkan.


F. PATHWAY

Endokrin psikosomatis alergi
kehamilan ganda stres/krng support antigen baru janin,plasenta
molahidatidosa

HCG& estrogen motalitas GIT berlawanan dg antigen ibu


rangsang muntah

hiperemesis gravidarum



intake out put


HCL perubahan nutrisi dehidrasi


iritasi sal.cerna kurang volume cairan


nyeri



BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan hiperemesis gravidarum meliputi beberapa aspek berikut ini:
a. Data riwayat kesehatan : riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga.
b. Data fisik biologis : pembengkakan payudara, hiperpigmentasi areola,kloasma gravidarum, hipotensi, tanda dehidrasi, takikardi dan kesadaran.
c. Riwayat menstruasi :menarche, siklus, lamanya, banyaknya,keluhan haid.
d. Riwayat perkawinan
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
f. Data psikologi
g. Data social ekonomi
h. Data penunjang : pemeriksaan darah dan urine.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut :
a. Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang berlebih
b. Nyeri berhubungan dengan muntah yang berulang
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah terus menerus


C. INTERVENSI
Intervensi yang ditegakkan dalam kasus ini adalah sebagai berikut :

Diagnosa
1. Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang berlebih dan pemasukan yang tidak adekuat.
Tujuan: kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.
Intervensi sbb:
 Istirahatkan ibu ditempat yang nyaman.
 Pantau tanda-tanda vital serta tanda dehidrasi.
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infuse.
 Pantau tetes cairan infuse.
 Catat intake dan output.
 Setelah 24 jam anjurkan untuk minum tiap jam.

2. Nyeri berhubungan dengan muntah yang berulang.
Tujuan: rasa nyaman terpenuhi
Intervensi sbb:
 Kaji tingkat nyeri.
 Atur posisi ibu dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah makan.
 Perhatikan kebersihan mulut ibu sesudah dan sebelum makan.
 Alihkan perhatian ibu pada hal yang menyenangkan.
 Anjurkan ibu untuk beristirahat dan batasi pengunjung.
 Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan sedative dengan dokter.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah terus menerus.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi:
 Kaji kebutuhan nutrisi ibu.
 Observasi tanda-tanda kekurangan nutrisi.
 Setelah 24 jam jam pertama berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.
 Berikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi.
 Berikan makanan yang tidak berlemak dan berminyak.
 Anjurkan klien untuk memakan makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan (kreker, biscuit dll).
 Berikan ibu motivasi agar mau menghabiskan makanan.
 Timbang berat badan ibu.


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehinggamengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. ( Mitayani,2009 ).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari–hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999)
Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini :
• Faktor predisposisi seperti primigravida, molahiditidosa, dan kehamilan ganda.
• Faktor organic seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic akibat kehamilan,dan resistensi ibu yang menurun.
• Faktor psikologi seperti rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, kehilangan pekerjaan.
Secara fisiologis, rasa mual akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah.

Diagnosa yang muncul sbb:
a. Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang berlebih
b. Nyeri berhubungan dengan muntah yang berulang
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah terus menerus.

B. SARAN
Ketika ibu terkena mual muntah berlebihan (hiperemesis gravidarum), maka harus secepatnya perhatikan cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. mual dan muntah yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, serta penurunan klorida urin maka harus segera dilakukan tindakan yang tepat. Jangan biarkan mual muntah tanpa dilakukan terapi karena keadaan ini berbahaya dan bisa menimbulkan kematian.
Lakukan terapi sbb:
 Ibu diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik. Kalori diberikan secara parental dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari
 Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan
 Bila selam 24 jam ibu tidak muntah,coba berikan makan dan minum sedikit demi sedikit
 Sedative yang diberikan adalah fenobarbital
 Pada keadaan berat berikan antiemetic seperti metoklopramid
 Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya bisa disembuhkan.

Minggu, 03 April 2011

PENGARUH NEUROTRANSMITER DALAM PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA

 
BAB I
PENDAHULUAN

• LATAR BELAKANG
Otak manusia adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya proses berfikir, berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian. Secara garis besar, otak terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu neokortek atau kortex serebri, system limbik dan batang otak, yang berkerja secara simbiosis. Otak terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai sinapsis. Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang yang ada antara lain Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin.
Karena neurotransmitter berperan dalam mempengaruhi sikap, perilaku, dan emosi seseorang, maka hal itulah yang menjadikan daya tarik penulis untuk membahasnya lebih lanjut dalam bentuk makalah.
B. TUJUAN
2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan neurotransmiter dalam kaitannya dengan proses terjadinya gangguan jiwa.
2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan kembali pengertian dari neurotransmiter
2. Mampu menjelaskan fungsi dari neurotransmiter
3. Mampu menjelaskan asuan keperawatan pada pasien dengan depresi
C. MANFAAT
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi mahasiswa pada umumnya.




BAB II
TINJAUAN TEORI


• DEFINISI
Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi.
Neurotransmitter dalam bentuk zat kimia bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan neurotransmiter merupakan bahasa yang digunakan neuron di otak dalam berkomunikasi. Neurotransmiter muncul ketika ada pesan yang harus di sampaikan ke bagian-bagian lain.
Seluruh aktivitas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur melalui tiga cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut neurotransmitter dan hormon yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh aktivitas di otak memanfaatkan neurotransmitter.
Beberapa neurotransmiter utama, antara lain:
• Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina
• Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin
• Bentuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll.
Puluhan jenis neurotransmiter yang telah teridentifikasi di bentuk melalui asupan yang berbeda. Bahan dasar pembentuk neurotransmiter adalah asam amino.
Asam amino merupakan salah satu nutrisi otak terpenting, yang berfungsi meningkatkan kewaspadaan, mengurangi kesalahan, dan memacu kegesitan pikiran.
Fungsi asam amino antara lain :
• Penyusun protrein, termasuk enzim.
• kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin ,hormon, dan asam nukleat)
• pengikat logam penting yang di perlukan dalam reaksi enzimatik (kofaktor).
Asam amino di dapatkan dari sumber-sumber protein. Kadar protein tinggi dapat ditemukan pada makanan/minuman seperti susu, daging, telur dan keju. Sedangkan protein yang terdapat dalam sayur-sayuran memiliki kadar terbatas.


• MACAM NEUROTRANSMITER
Neurotransmiter dapat dibagi dalam beberapa macam yaitu :
1. Asetilkolin (Ach).
Fungsi asetilkolin antara lain mempengaruhi kesiagaan, kewaspadaan, dan pemusatan perhatian. Berperan pula pada proses penyimpanan dan pemanggilan kembali ingatan, atensi dan respon individu. Di otak, asetilkolin ditemukan pada cerebral cortex, hippocampus (terlibat dalam fungís ingatan), bangsal ganglia (terlbat dalam fungís motoris), dan cerebrlum (koordinasi bicara dan motoris). Ach merupakan neurotransmitter yang tidak diproduksi didalam neuron. Ia ditransportasikan ke otak dan ditemukan pada seluruh bagaian otak. AcH memiliki konsentrasi tinggi di basal ganglia dan cortex motorik.
a) Fungsi Utama Acetylcholine (ACh) adalah mengatur atensi, memori, rasa haus, pengaturan mood, tidur REM, memfasilitasi perilaku sexual dan tonus otot.
b) Gejala Defisit
• Kurangnya inhibisi
• Berkurangnya fungsi memori
• Euphoria
• Antisosial
• Penurunan fungsi bicara
c) Gejala Berlebihan
• Over-inhibisi
• Anxietas & Depresi
• Keluhan Somatic


Asetilkolin merupakan neurotransmiter hasil sintesa dari bahan utama berupa kolin. Saat ini, sangat cukup banyak penelitian yang mengkaji peranan kolin dalam pembelajaran.
Asupan kolin pada kolin yang biasa di temui sehari-hari dapat di lihat sebagai berikut.


Tabel Kandungan Kolin (mg/100g makanan)
  1. Makanan Kolin
  2. Susu Murni 5.6
  3. Telur 0.4
  4. Hati 650
  5. Kembang Kol 78
  6. Kentang 40
  7. Buncis 21
  8. Wortel 6-13
  9. Oatmeal 131
  10. Kacang kedelai 237
2. Dopamin
Berbagai penelitian menunjukkan dopamin juga makin mendekatkan pada kesimpulan bahwa neurotransmiter jenis ini mempengaruhi proses pengingatan. Melalui mekanisme kompensasi yang di munculkan oleh dopamin, maka hubungan zat kimia ini dalam proses belajar dan ingatan dapat terlihat jelas.
Dopamin di produksi pada inti-inti sel yang terletak dekat dengan sistem aktivasi retikuler. Dopamin di bentuk dari asam amino tirosin, yang berfungsi membantu otak mengatasi depresi, meningkatkan ingatan dan meningkatkan kewaspadaan mental.
Walaupun dopamin di produksi oleh otak, individu tetap membutuhkan asupan tirosin yang cukup guna memproduksi dopamin. Tirosin di temukan pada makanan berprotein seperti : daging, produk-produk susu (sperti keju), ikan , kacang panjang, kacang-kacangan dan produk kedelai. Dengan 3-4 ons protein sehari, energi kita akan lebih terjaga.
Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi.(Guyton,1997: 714).
Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline).(Guyton,1997: 932)
3. Norepinephrine
Norepinephrine memiliki konsentrasi tinggi di dalam locus ceruleus serta dalam konsentrasi sekunder dalam hippocampus, amygdala, dan kortex cerebral. Selain itu ditemukan juga dalam konsentrasi tinggi di saraf simpatis.
Norepinephrine dipindahkan dari celah synaptic dan kembali ke penyimpanan melalui proses reuptake aktif.
a) Fungsi Utama adalah mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; mengatur “fight-flight”dan proses pembelajaran dan memory.
b) Gejala Defisit :
• Ketumpulan
• Kurang energi (Fatique)
• Depresi
c) Gejala Berlebihan :
• Anxietas
• kesiagaan berlebih
• Penurunan rasa awas
• Paranoia
• Kurang napsu makan.
• Paranoid
4. Serotonin (5HT)
Kelainan Serotonin (5HT) berimplikasi terhadap beberapa jenis gangguan jiwa yang mencakup ansietas, depresi, psikosis, migren, gangguan fungsi seksual, tidur, kognitif, dan gangguan makan.
Banyak tindakan dalam perawatan gangguan jiwa adalah dengan jalan mempengaruhi sistem serotonin tersebut.
a) Fungsi Utama dari Serotonin (5HT) adalah dalam pengaturan tidur, persepsi nyeri, mengatur status mood dan temperatur tubuh serta berperan dalam perilaku aggresi atau marah dan libido.
b) Gejala Defisit :
• Irritabilitas & Agresif
• Depresi & Ansietas
• Psikosis
• Migren
• Gangguan fungsi seksual
• Gangguan tidur & Gangguan kognitif
• Gangguan makan.
• Obsessive compulsive disorder (OCD)
c) Gejala Berlebihan :
• Sedasi
• Penurunan sifat dan fungsi aggresi
• Pada kasus yang jarang: halusinasi.
5. Glutamate
Glutamat merupakan neurotransmitter excitatory utama pada otak dimana hampir tiap area otak berisi glutamate. Glutamat memiliki konsentrasi tinggi di corticostriatal dan di dalam sel cerebellar. Gangguan pada neurotrasmitter ini akan berakibat gangguan atau penyakit bipolar afektif dan epilepsi.
a) Fungsi Utama Glutamat adalah pengaturan kemampuan memori dan memelihara ufngsi automatic.
b) Gejala Defisit :
• Gangguan memori
• Low energy
• Distractibilitas.
• Schizophrenia
c) Gejala Berlebihan :
• Kindling
• Seizures
• Bipolar affective disorder.
6. Gamma Amino Butyric Acid (GABA)
GABA merupakan neurotransmitter yang memegang peranan penting dalam gejala-gejala pada gangguan jiwa. Hampir tiap-tiap area otak berisi neuron-neuron GABA.
Banyak pathway di otak menggunakan GABA dan merupakan Neurotransmitter utama untuk sel Purkinje. GABA dipindahkan dari synaps melalui katabolism oleh GABA transaminase
a) Fungsi Utama adalah menurunkan arousal dan mengurangi agresi, kecemasan dan aktif dalam fungsi eksitasi.
b) Gejala Defisit :
• Irritabilitas
• Hostilitas
• Tension and worry
• Anxietas
• Seizure.
c) Gejala Berlebihan :
• Mengurangi rangsang selular
• Sedasi
• Gangguan memori
7. Peptide: Opiod Type
a) Fungsi Utama dari Peptide Opiod Type adalah mengatur emosi dan fungsi pusat reward.
b) Gejala Defisit :
• Hypersensitivas untuk menyakitkan dan menekan
• Kurangnya sensasi rasa senang
• Dysphoria.
• Substance abuse
c) Gejala Berlebihan :
• Insensitivitas terhadap rangsang nyeri
• Gangguan catatonic-like
• Halusinasi dengar
• Memori menurun.
8. Endorphin
Endorphin adalah suatu bahan-kimia diproduksi di dalam otak dan spinal cord yang mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan mood. Dalam keadaan defisit adalah Keluhan Somatic.




BAB III
PEMBAHASAN

• DEPRESI
Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.

• PROSES TERJADINYA DEPRESI
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain :
• faktor heriditer dan genetik,
• faktor konstitusi,
• faktor kepribadian pramorbid,
• faktor fisik,
• faktor psikobiologi,
• faktor neurologik,
• faktor biokimia dalam tubuh,
• faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Gejala yang bisa muncul apabila terjadi depresi adalah sebagai berikut :
• kelelahan kronis,
• gangguan tidur,
• perubahan nafsu makan,
• sakit kepala,
• sakit punggung,
• gangguan pencernaan,
• kegelisahan,
• mudah marah,
• kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas, dan
• perasaan tidak berharga dan tidak mampu.

• REAKSI DEPRESI

• Reaksi-reaksi depresi yang Sifatnya Positif
• Mobilitas dan peningkatan aktifitas, karena adanya rangsangan akibat rintangan, individumemperbesar keuletannya, kerja kerasnya, keberaniannya, tekatnya untuk menyelesaikan masalahnya.
• Berfikir mendalam dengan kejernihan
Frustasi memberikan masalah, membuka wawasan realitas, dengan berfikir lebih obyektif, mencari alternatif jalan keluar yang lebih baik.
• Regignation ( kapasrahan kepada Allah)
Menerima situasi yang ada dengan nalar dan rasional. Dengan tawakal kepada Allah, dan iktiar, tapi tetap berpegang pada kekuasaan Allah dalam menyikapi rintangan
• Dapat fleksibel sesuai kebutuhan
Bila satu ide sudah tidak dapat dipertahankan lagi, tidak sesuai dengan kebutuhan, kita dapat mengikuti perkembangan yang ada yang lebih sesuai dengan tata kehidupan yang baru dan lebih dinamis.
• Kompensasi dari tujuan
Kompensasi adalah usaha untuk mengimbangi kegagalan dan kekalahan dalam satu bidang tapi sukses dalam bidang yang lain, sebagai jalan menghidupkan stimulus dalam diri dan pantang menyerah
• Sublimasi
Yaitu usaha untuk mengganti kecenderungan egoistic, nafsu seks animalistik, dorongan biologis primitive dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam bentuk tingkah laku terpuji yang bisa diterima masyarakat, misalnya disalurkan hasrat sexual ke bidang olah raga, seni dan lain-lain.
• Reaksi-reaksi depresi yang sifatnya Negatif
Reaksi-reaksi ini sangat merugikan individu, ada beberapa reaksi negatif
sebagai berikut:
• Agresi: yaitu bentuk reaksi kemarahan yang luar biasa, sehingga sampai melakukan penyerangan terhadap orang lain, bisa dengan senjata tajam, pembunuhan.
• Regresi: yaitu reaksi kembalinya seseorang pada pola tingkah laku kekanak-kanakan, seperti mengompol, mengisap tangan, membanting barang, menangis sambil meraung-raung, histeris. Tingkah laku diatas ekspresi dari putus asa, mental yang lemah, ekspersi rasa menyerah kalah.
• Fixatie: adalah reaksi frustasi dengan melakukan suatu tingkah laku stereotipi memakai pola yang sama, misalnya menyelesaikan kesulitan dengan membentur-bentukan kepala, berlari-lari histeris, menggedor-gedor pintu. Dilakukan sebagai alat pencapaian tujuan, menyalurkan balas dendam.
• Pendesakan dan komplek terdesak
Usaha menekan kebutuhan, pikiran yang jahat, nafsu, perasaan negatif, karena ditekan sehingga secara tidak sadar muncul mimpi-mimpi yang menakutkan, halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, dan lain-lain
• Rasionalisme yaitu usaha pembenaran diri secara tidak wajar.
• Proyeksi adalah usaha memproyeksikan sikap dirinya yang negatif pada orang lain.
• Identifikasi adalah usaha menyamakan diri dengan orang lain, tujuannya untuk memberikan keputusan yang semu pada dirinya sendiri.
• Narsisme adalah perasaan cinta diri sendiri yang patologis dan berlebihan, cenderung egoistis dan tidak perduli dengan dunia luar, merasa paling superior, paling penting.
• Autisme adalah gejala menutup diri secara total dari dunia diluar dirinya yang nyata, tidak mau berkomunikasi dengan dunia lain, merasa dunia luar itu kotor, penuh kepalsuan, sehingga lama-lama konflik batin yang menumpul mengdesintegrasi kepribadian individu tersebut.
• Tehnik jeruk manis yaitu memberi alasan yang baik terhadap kegagalan, kelemahan dirinya. Misalnya seorang panglima perang mengatakan mundur dari medan perang bukan sebagai kekalahan tapi sebagai taktik international.
• Tehnik Anggur Asam, Usaha memberikan alasan yang negatif pada kegagalannya, seperti gagal ujian karena tidak sesuai dengan bahan yang diberikan.

• CARA MENGATASI DEPRESI
Depresi yang disebabkan oleh kesepian dan kesedihan biasa bisa berakibat fatal, bisa juga merusak harga diri kita dan kesehatan kita. Dibawah ini ada beberapa cara yang dapat membantu mengatasi perasaan depresi pada klien :

1. Dapatkan sinar matahari dan cahaya yang cukup.
Kekurangan kontak dengan matahari akan mengakibatkan kekurangan hormon melatonin, yang bisa memicu perasaan patah semangat dan kondisi menjadi lemah.

2. Carilah kesibukan dan ilham.
Kita bisa mengatasi perasaan depresi yang seperti apapun jika kita mempunyai banyak kesibukan. Jalani hidup dengan penuh aktivitas, misalkan fitness, jogging, organisasi dan lain-lain

3. Rileks
Maksudnya seperti mendengarkan musik yang menenangkan, berendam di dalam air hangat, atau meminta salah seorang teman untuk memijat kita, beristirahat sebentar dari beban kerja yang menegangkan.

4. Latihan untuk makan yang benar dan teratur.
Hindari makanan yang mengandung banyak gula, kafein, atau alkohol. Gula dan kefein mungkin memberi anda momen ringkas tenaga, tetapi itu semua akan menghasilkan kegelisahan, ketegangan, dan penyakit dalam.

5. Carilah kegiatan sosial
Jika kita mengikuti suatu kegiatan sosial, disitu kita akan mendapatkan banyak teman, dari teman-teman itulah kita akan mendapatkan bantuan moral. Tidak ada yang lebih baik daripada mendapatkan bantuan dari lingkungan.

• Percaya diri dan buatlah citra positif pada diri kita
Kembali menemukan rasa percaya diri adalah awal yang baik untuk mengatasi
rasa depresi, dan berusaha untuk memandang diri kita positif atau
bagaimana kita menyimpulkan diri sendiri secara positif. Caranya adalah sebagai berikut :
• Percaya dan yakin kita adalah pribadi yang luar biasa
• Percaya dan yakin kita adalah pribadi yang baik
• Percaya dan yakin kita memiliki kemampuan yang mumpuni
• Lepaskan semua prasangka buruk terhadap diri sendiri
• Lihat kembali keberhasilan-keberhasilan yang telah kita capai

7. Terus berjuang, jangan patah arang
8. Membatasi rasa tidak puas diri
Rasa puas yang bersifat membangun dan
mendorong adalah rasa puas yang baik, sangat kita butuhkan, kadang disebut
ambisi yang bisa menghasilkan semangat, dan menimbulkan motivasi diri
9. Memperbaiki hubungan

- Memperbaiki hubungan dengan manusia
Relasi dengan manusia membantu usaha yang kita lakukan dalam mengatasi
depresi. Kita tetap harus ingat bahwa manusia itu bisa digolongkan menjadi
dua: ada manusia yang menjadi sumber depresi untuk kita, dan ada
manusia yang menjadi bantuan solusi atas depresi. Yang kita butuhkan
(sebanyak-banyaknya) adalah manusia kelompok kedua. Jangan sampai kita
menjauhi semua manusia, trauma kepada semua manusia, atau tidak percaya pada
semua manusia.
- Memperbaiki hubungan dengan Tuhan
Ada banyak jalan menuju roma, kita bisa memperbaiki hubungan dengan tuhan
dengan antara lain: meningkatkan iman, menjalankan ajaran agama yang
kita pilih sampai benar-benar kita merasa dan meyakini ada semacam
"kebersamaan". Kebersamaan di sini bukan kebersamaan yang "halusinasi"
(tidak berdasar dan tidak berefek), tetapi kebersamaan yang mendorong kita
untuk melakukan hal positif dan menghindari hal negatif. Kebersamaan seperti
ini akan memperkuat dan mencerahkan.

10. Meningkatkan Toleransi
• Menaburkan bubuk kayu manis dalam cangkir kopi.
Kayu manis tak hanya akan menimbulkan penampilan yang lebih menggugah selera. Aromanya juga dapat mengurangi kegelisahan dan menstimulasi bagian dari otak yang memberi sinyal kepada kita untuk tetap waspada.
• Mendengarkan musik sepanjang perjalanan.
Kemacetan lalu lintas tentu akan membuat hari kita semakin melelahkan. Segera pasang playlist berisi lagu-lagu favorit kita atau dengarkan siaran pagi dari penyiar favorit kita. Paling tidak, kita bisa tertawa-tawa dulu sebelum memulai pekerjaan yang membuat stres.
• DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTREVENSI

• Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan alam perasaan/depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

• Intervensi yang ditegakan untuk diagnosa I ( resiko mencederai diri b.d depresi )
Tujuan dan criteria hasil :
Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
Tindakan:
• Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
• Jauhkan dan simpan alat alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
• Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
• Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh peramat/petugas.

Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
• Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
• Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
• Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
• Kaji dan manfaatkan sumber sumber ekstemal individu (orang orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
• Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
• Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).

Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
• Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
• Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
• Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
• Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

Tindakan:
• Perkenalkan diri dengan klien
• Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
• Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.
• Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginannya
• Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti
• Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.

Klien dapat menggunakan koping adaptif
• Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
• Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
• Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
• Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
• Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
• Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
• Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.




BAB IV
PENUTUP


• KESIMPULAN
Dari uraian diatas penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
• Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi.
• Neurotransmitter dalam bentuk zat kimia berfungsi sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan neurotransmiter merupakan bahasa yang digunakan neuron di otak dalam berkomunikasi.
• neurotransmitter dibagi menjadi delapan yaitu:
  1. • Asetilkolin (Ach).
  2. • Dopamin
  3. • Norepinephrine
  4. • Serotonin (5HT)
  5. • Glutamate
  6. • Gamma Amino Butyric Acid (GABA)
  7. • Peptide: Opiod Type
  8. • Endorphin

• Asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami depresi akibat gangguan neurotransmitter bertujuan untuk mengurangi prognosa yang semakin memburuk akibat gangguan neurotransmitter.

• SARAN
Sebaiknya klien yang mengalami depresi akibat gangguan neurotransmitter diberikan terapi keperawatan yang dapat mengurangi gejala akibat gangguan tsb dengan cara: usahakan klien untuk mendapatkan relaxasi dengan dibawa jalan-jalan keluar, sering diajak bicara jangan membiarkan klien melamun, menjauhkan aktivitas yang mengakibatkan klien cidera, jangan mengucilkan klien, libatkan klien dalam pemberian terapi, beri obat anti depresan bila diperlukan sesuai rekomendasi dokter.



DAFTAR PUSTAKA
Subu, Arsyad. 2008. Anatomi Otak dan Neurophysio-Psychology dan Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika

Sulistiwati, dkk. 2005. Otak Manusia, Neurotransmitter dan Stress. Jakarta : Wahyu Media
AnneAhira. http://www.artikata.com/arti-342200-neurotransmiter.php. Diakses tanggal 10 desember

http://www.pikirdong.org/psikologi/psi32-bpd.php. Diakses tanggal 10 desember

http://ujung-bumi..com.

Jumat, 25 Maret 2011

asuhan keperawatan dengan pasien katarak (makalah)


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG     
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun.

            Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang a
kan mengganggu pembiasan cahaya.

            Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.

            Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat ghidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Yang akan kami bahas disini adalah katarak yang dialami Tn. D berumur 65 tahun.
B. TUJUAN
            Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian sampai intervensi yang harus dilakukan pada klien dengan katarak.



BAB II
TINJAUAN TEORI
DEFINISI

Menurut Arief mansur dkk (Kapita Selekta jilid 1) Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Menurut Charlene J. Reaver dkk (KMB buku 1 hal 6) Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental atau dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling umum adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui. Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada mata adalah penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata, namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa katarak mencakup menurunnya ketajaman penglihatan, hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa ketika dilakukan pemeriksaan.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
a.       Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
b.      Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
c.       Katarak komplikata.
d.      Katarak traumatik.

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a.       katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
b.      katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
c.       katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40  tahun
d.      katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
  • Faktor keturunan.
  • Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)
  • Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
  • Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
  • gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
  • gangguan pertumbuhan,
  • Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
  • Rokok dan Alkohol
  • Operasi mata sebelumnya.
  • Trauma (kecelakaan) pada mata.
  • Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
PATOFISIOLOGI

            Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat nucleus,diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.Dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya transparansi.Perubahan pada serabut halus múltiple (zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah diluir lensa,misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influís air ke dalam lensa.Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang tenderita katarak.
            Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas, seperti diabetes, Namur sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenitaldan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering berperan dalam terjadinya katrak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu lama
            Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting.Katarak merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang padat lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna (Diambil dari buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata,Ns.Indriana N. Istiqomah,S.Kep
TANDA DAN GEJALA /MANIFESTASI KLINIK
           
Katarak didiagnosa terutama dengan gejala subyektif. Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan obyektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyhilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang mengatur ulang perabot rumahnya. Sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka (Diambil dari buku Keperawatan Medikal Bedah jilid 3 hal.1996-1997).
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
  • Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
  • Peka terhadap sinar atau cahaya.
  • Dapat melihat dobel pada satu mata.
  • Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
  • Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Pada katarak senil(usia lebih dari 40 tahun) dikenal 4 stadium:

INSIPIEN
IMATUR
MATUR
HIPERMATUR
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans(hanya bila zonula putus0
Bilik mata depan
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sudut bilik mata
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow test
Negatif
Positif
Negatif
Pseudopositif
Penyulit
-
Glaukoma
-
Uveitis, glaukoma






KOMPLIKASI
Penyulit yang sensori
-yang terjadi berupa: visus tidak akan mencapai 5/5 a ambliopia
-komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembesaran laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo, 1992)
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi kuat sampai titik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. pentingnya di kaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktifitas rekreasi, menyetir mobil, dan kemampuan bekerja, sangat penting untuk menentukkan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65. masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia lokal berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.
Pengembalian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya. Dukungan finansial dan psikososial dan konsekuensi pembedahan harus dievaluasi, karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi lokal (retrobulbar atau peribulbar), yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustreofobia sehubungan dengan graping bedah. Anestesi umum diperlukan bagi yang tidak bisa menerima anestesi lokal, yang tidak mampu bekerjasama dengan alasan fisik atau psikologis, atau yang tidak berespon terhadap anestesi lokal.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak: ekstrasi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabakan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopatidiabetika.  

INTERVENSI          
           


DIAGNOSA
TUJUAN & KH
INTERVENSI
KODE NIC
1.
Gangguan sensori (visual) b.d kekeruhan pada lensa mata
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan  :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Comunication enhancement visual deficit:
ü  Identifikasi/perkenalkan diri perawat ketika masuk ke ruang pasien
ü  Catat reaksi pasien terhadap pengurangan penglihatan missal:depresi, menarik diri, marah.
ü  Jalan satu atau dua langkah didepan pasien dengan tangan pasien di siku perawat.
ü  Gambarkan lingkungan ke pasien.
ü  Jangan pindahkan barang di ruang pasien tanpa izin pasien.
ü  Informasikan kepada pasien dimana lokasi suara
ü  Kolaborasi: pembedahan

4978
2.
Cemas b.d stress
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan:
Cemas klien berkurang

Calming technique:
ü  Duduk dan berbicar dengan pasien.
ü  Jelaskan rutinitas perioperatif : tingkat aktifitas, pembatasan diet, obat-obatan.
ü  Beri latihan tarik nafas yang dalam
ü  Kurangi sesuatu yang membuat  cemas
ü  Pakai metode distraksi.
ü  Tawarkan pada pasien minuman hangat.
ü  Tawarkan pada pasien mandi air hangat bila ada..
ü  Beri pengobatan anticemas bila diperlukan.
ü  Instruksikan pada pasien metode menurunkan cemas bila tersedia.
ü  Control/monitor  cemas klien
5880
3.
Resiko cidera  berhubungan dengan disfungsi sensorik

Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Menunjukan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cidera.
Environment management safety:
ü  Identifikasikan kebutuhan keamanan pasien
ü  Identifikasi resiko keamanan lingkungan misal lingkungan yang licin
ü  Pindahkan bahaya dari lingkungan bila mungkin modifikasi lingkungan supaya tidak berbahaya bagi klien.
ü  Lengkapi pasien dengan nomor gawat darurat.
ü  Monitor lingkungan untuk mengganti status keamanan.
ü  Bantu pasien ke tempat yang lebih aman.
ü  Edukasikan dari lingkungan yang berbahaya.
ü  Kolaborasi dengan agensi lain untuk lingkungan yang aman.
6486

4.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Nyeri berkurang
Pain manajement
ü  Tunjukan pengkajian  PQRST(0-10)
ü  Observasi penyebab ketidaknyamanan nonverbal lebih spesific, ketidakmampuan berkomunikasi.
ü  Pastikan pasien menerima obat analgesik.
ü  Pakai strategi terapetik untuk mengajarkan pengalaman nyeri dan menerima kebiasaan dari pasien.
ü  Pertimbangankan pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
ü  Tentukan efek dari pengalaman nyeri dalam aktifitas hidup.
ü  Evaluasi pengalaman yang lalu tentang nyeri kepada individu, keluarga tentang sejarah dari nyeri kronik atau hasil dari ketidakmampuan jika penting.
ü  Evaluasi pasien dan tim kesehatan keefektifan dari tindakan kontrol nyeri.
ü  Beri informasi tentang nyeri contoh penyebab nyeri, berapa lama nyeri berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan, kontrol faktor lingkungan.
ü  Ajarkan terapik nonfarmakologi contoh relaksasi, musik terapi, distraksi, pemijatan.
ü  Kolaborasi dengan pasien, keluarga untuk menerapkan teknik farmakologi jika perlu.
ü  Implementasikan analgesik jika perlu.


1400

5
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure tindakan invasiv insisi jaringan tubuh (miles prosedur)

Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar.

Infection control: intraoperative
ü  Cuci tangan sebelum dan     sesudah melakukan tindakan secara tepat.
ü  Monitor dan pantau suhu 20 dan 24oC
ü  Jaga sterilisasi alat
ü  Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari kontaminasi dan Jaga area kesterilan luka operasi
ü  Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka
ü   5.Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis

6545
.6
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit yang diderita
Setelah dilakukan tindakan 3x24 diharapkan: pasien mengetahui dan memahami tentang penyakit yang diderita.
Teaching : disease process
ü  Kaji level umum pasien tentang pengetahuan proses penyakit.
ü  Jelaskan patofisiologi penyakit dan menghubungkannya dengan anatomi fisiologi.
ü  Deskripsikan tanda dan gejala yang umum tentang penyakit jika perlu.
ü  Identifikasi
ü  Etiologi
ü  Lengkapi informasi tentang  kondisi pasien.
ü  Diskusikan pilihan terapi atau treatment.
ü  Gambaran menejemen terapi yang direkomendasikan oleh dokter

5602


Pemberian pengetahuan / pendidikan pasien : perawatan diri setelah pembedahan katarak
Catat: Tinjau dengan pasien atau orang terdekat atau pemberi asuhan. Berikan petunjuk tertulis dengan huruf berukuran besar memakai pena berujung runcing agar kontras.
Pembatasan aktivitas
Diperbolehkan
ü  Menonton tv, membaca bila perlu tapi jangan terlalu lama
ü  Mengerjakan aktivitaas tapi dikurangi
ü  Pada awal, ‘’mandi waslap’’ selanjutnya menggunakan bak mandi atau pancuran(dengan pembantu)
ü  Tidak boleh membungkuk pada pada wastafel atau bak mandi; condongkan kepala sedikit kebelakang saat mencuci rambut
ü  Tidur dengan perisai pelindung mata logam berlubang pada malam hari; mengenakan kaca mata pada siang hari
ü  Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring, tidak boleh telungkup
ü  Aktivitas dengan duduk
ü  Mengenakan kaca mata hitam untuk kenyamanan
ü  Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
Dihindari (paling tidak untuk satu minggu)
ü  Tidur pada sisi yang sakit
ü  Menggosok mata; menekan kelopak untuk menutup
ü  Mengejan saat defekasi
ü  Memakai sabun mendekati mata
ü  Mengangkat beban yang lebih dari 7 kg
ü  Hubungan seks sampai (tanggal)------
ü  Mengendarai kendaraan kalo bisa
ü  Batuk, bersin, muntah
ü  Menundukan kepala sampai bawah pinggang; melipat lutut saja dan punggung
ü  tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai
Obat dan perawatan mata
ü  pergunakan obat sesuai aturan
ü  cuci tangan sebelum dan setelah memakai obat
ü  membersihkan sekitar mata dngan bola kapas steril atau kasa yang dibasahi dengan air steril atau larutan salin normal; sapu kelopak mata dengan lembut dari sudut dalam keluar
ü  untuk meneteskan obat mata, duduklah dan kepala condong kebelakang; dengan lembut tarik kebawah batas kelopak mata bawah
ü  mengenakan perisai pelindung mata logam berlubang-lubang pada malam hari; mengenakan kaca mata selama siang hari
ü  menggunakan semua obat mata tepat sesuai dengan resep sehingga dosis dapat dinilai dan disesuaikan oleh dokter pada kunjungan control pertama  
ü  melaporkan tanda dan gejala yang tak biasa
ü  Nyeri pada dan disekitar mata, nyeri kepala menetap  
ü  Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat pengurang nyeri
ü  Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairan; inflamasi dan cairan dari mata  
ü  Nyeri dahi dengan onset mendadak
ü  Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan, kilatan cahaya, percikan atau bintik didepan mata, halo disekitar sumber cahaya


 BAB   III
PEMBAHASAN
KATARAK
TN. D (65 tahun) dirawat diruang mata karena katarak, besok diprogramkan menjalani EKEK OS/OD. Tn D mengatakan, bahwa dua bulan ini pandanganya semakin kabur, sehingga menyebabakan dirinya sering tersandung atau terjatuh, makanya Tn. D bersedia dioperasi. Pada saat pemeriksaan diketahui.
CT/BT
TTV: TD: 160/90 mmHg, N: 76x/menit, S: 37,5oC, RR: 18X/meni
Pengkajian diambila tanggal   : -         Jam : ..WIB
Tanggal MRS                          : -
Ruangan / Klas                        : -
DMK                                       : -
Dx Medik                                : Katarak  OS/OD
Pengkajian Pre Operasi
I           Identitas:
            Nama               : Tn. D
Umur               : 65 Th
Jenis Kelamin  : Laki-laki
Agama             : -
Suku / Bangsa : -
Pendidikan      : -
Pekerjaan         :-
Alamat             :-
Ditanggung Oleh:-

II         Riwayat sebelum sakit
1.      Penyakit yang pernah diderita : Kaji riwayat penyakit pada pasien
2.      Obat yang dikonsumsi : Kaji riwayat obat yang pernah dikonsumsi pasien
3.      Kebiasaan berobat :. Tanyakan pada pasien dimana biasanya berobat
4.      Alergi obat : Kaji riwayat alergi pada pasien
III        Riwayat Penyakit Sekarang
Dua bulan ini Pasien mengatakan pandanganya semakin kabur, sehingga menyebabakan dirinya sering tersandung atau terjatuh.
V         Pengkajian persistem
Pengindraan
Mata : Kaji bentuk pupil, kaji kesimetrisan pupil ketika mata diberi sinar. kaji warna konjungtiva, kaji warna sclera, kaji adanya edem dimata, uji ketajaman mata dll.
Pernapasan :
1.      Bentuk dada : Kaji bentuk dada
2.      Kaji riwayat penyakit yang diderita berhubungan dengan system pernapasan.
3.      Pola nafas : frekuensu nafas :18x/menit
4.      Bunyi nafas : Kaji bumyi napas pasien, apakah ada bunyi tambahan
5.      Kaji adanya Alat bantu pernapasan.

Cardiovaskuler / Jantung
1.      Tekanan darah : 160 / 90 mmHg dalam posisi berbaring.
2.      Nadi :  76x/menit reguler dan kuat.
3.      Bunyi jantung :Kaji bunyi jantung S1 dan S2  kaji adanya bunyi tambahan.
4.      Kaji adanya nyeri dada atau tidak ada.
5.      Letak jantung : Kaji letak jantung
6.      Kaji adanya Clubing finger dan anemia..

Persarafan :
1.      Tingkat kesadaran: Compos mentis.
2.      GCS : Kaji GCS pasien

Perkemihan :
Kaji pola eliminasi perhari.

VI        Psikososial :
1.      Sosial interaksi : Kaji kemampuan berinteraksi, mengatakan siap dioperasi..
2.      Kaji keadaan Spiritual klien.
VII      Pola Fungsional Gordon
a.       Pola persepsi kesehatan dan managemen kesehatan
DS: T anyakan/ kaji tentang arti kesehatan bagi klien
DO: Pasien dirawat dirumah sakit dikarenakan sakit yang dideritanya.
b.      Pola Nutrisi
DS: Tanyakan/Kaji tentang pola makan Pasien
DO: Kaji tentang jumlah makan pasien
c.       Pola eliminasi
DS: Tanyakan/Kaji tentang pola eliminasi Pasien
DO: Kaji apakah klien terpasang alat bantu atau tidak untuk eliminasi.
d.      Pola aktivitas dan latihan
DS:  Tanyakan / kaji aktivitass yang dilakukan Pasien
DO: Pantau pola aktivitas Pasien
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Makan/minum





Mandi





Toileting





Berpakaian





Mobilitas di tempat tidur





Berpindah





Ambulasi/ROM






e.       Pola tidur dan istirahat
DS:  Tanyakan/ kaji tentang lamanya klien tidur
DO: Tulis data obyektif mengenai pola tidur pasien
f.       Pola perceptual
Kaji pola persepsi pasien mengenai penyakit yang dialami
g.      Pola persepsi Diri
DS: Kaji tentang pola persepsi klien, perasaan yang klien alami
DO: Tulis mengenai persepsi pasien terhadap penyakit yang dialami
h.      Pola Seksual Reproduksi
Pasien Tn. D  berumur 65 tahun menderita katarak OS/OD.
Kaji pada klien mengenai fungsi seksual sebelum dan setelah sakit.
i.        Pola Peran Hubungan
DS: Tanyakan /kaji pada klien mengenai hubungan dengan keluarganya.
DO: Tulis data obyektif mengenai klien dan keluarganya.
j.        Pola Management Koping sress:
Kji pada klien mengenai bagaimna klien menangani masalah yang ada, apakah menceritakan pada keluarga atau di pendam sebelum dan setelah sakit.
k.      System Nilai dan Keyakinan
Bagaimana klien dengan tuhan, bagaimana keyakinan klien terhadap kesembuhan penyakitnya.

ANALISA DATA

No
Data
Masalah
Etiologi
1.

DS: Pasien mengatakan pandanganya kabur.
DO:  -

Gangguan sensori  (visual)
Kekeruhan pada lensa mata
2.
 DS: Pasien mengatakan takut berhubungan dengan penyakit yang diderita dan tindakan operasi yang akan dilakukan
DO: TD: 160/110
Cemas
Perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan status ekonomi
3.
DS: Pasien mengatakan sering terjatuh bila
beraktivitas
DO:  pasien berhati-hati bila menjalankan aktivitas/ pasien bed rest
Resiko cedera
Disfungsi sensorik


Diagnosa Keperawatan :
1.      Gangguan sensori  (visual) berhubungan dengan Kekeruhan pada lensa mata
2.      Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan status ekonomi
3.      Resiko cidera  berhubungan dengan disfungsi sensorik

INTERVENSI

NO.
DIAGNOSA
TUJUAN & KH
INTERVENSI
KODE NIC
1.
Gangguan sensori (visual) b.d kekeruhan pada lensa mata
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan  :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Comunication enhancement visual deficit:
ü  Identifikasi/perkenalkan diri perawat ketika masuk ke ruang pasien
ü  Catat reaksi pasien terhadap pengurangan penglihatan missal:depresi, menarik diri, marah.
ü  Jalan satu atau dua langkah didepan pasien dengan tangan pasien di siku perawat.
ü  Gambarkan lingkungan ke pasien.
ü  Jangan pindahkan barang di ruang pasien tanpa izin pasien.
ü  Informasikan kepada pasien dimana lokasi suara
ü  Kolaborasi: pembedahan

4978
2.
Cemas b.d stress
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan:
Cemas klien berkurang

Calming technique:
ü  Duduk dan berbicara dengan pasien.
ü  Jelaskan rutinitas perioperatif : tingkat aktifitas, pembatasan diet, obat-obatan.
ü  Beri latihan tarik nafas yang dalam
ü  Kurangi sesuatu yang membuat  cemas
ü  Pakai metode distraksi.
ü  Tawarkan pada pasien minuman hangat.
ü  Tawarkan pada pasien mandi air hangat bila ada..
ü  Beri pengobatan anticemas bila diperlukan.
ü  Instruksikan pada pasien metode menurunkan cemas bila tersedia.
ü  Control/monitor  cemas klien


5880
3.
Resiko cidera  berhubungan dengan disfungsi sensorik

Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan :
Menunjukan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cidera.
Environment management safety:
ü  Identifikasikan kebutuhan keamanan pasien
ü  Identifikasi resiko keamanan lingkungan misal lingkungan yang licin
ü  Pindahkan bahaya dari lingkungan bila mungkin modifikasi lingkungan supaya tidak berbahaya bagi klien.
ü  Lengkapi pasien dengan nomor gawat darurat.
ü  Monitor lingkungan untuk mengganti status keamanan.
ü  Bantu pasien ke tempat yang lebih aman.
ü  Edukasikan dari lingkungan yang berbahaya.
ü  Kolaborasi dengan agensi lain untuk lingkungan yang aman.
6486

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
            Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental atau dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling umum adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui. Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada mata adalah penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata, namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa katarak mencakup menurunnya ketajaman penglihatan, hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa ketika dilakukan pemeriksaan.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
e.       Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
f.       Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
g.      Katarak komplikata.
h.      Katarak traumatik.
Pengobatan
      Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan
uveitis.

B. KESIMPULAN
      Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa pada khususnya dan pembaca pada umumnya mengetahui tentang penyakit katarak.Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah, Indriana N. 2004. Asuhan Keparawatan Klien Gangguan Mata.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Reeves, Charlene J. 2001. Keparawatan Medical Bedah Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Salemba
Sunart dan sudarth. Keparawatan Medical Bedah edisi Ketiga.